Memuat

Kesaksian P.L. Dronkers di Bali 1946 - 1949

Pieter Leendert Dronkers, adalah pegawai sipil yang berkerja untuk Allied Military Administration Civil Affairs Branch (AMACAB) dan sebagai Binnenlands Bestuur (Colonial Home Administration) di Buleleng, Djembrana, Tabanan and Denpasar tahun 1946 - 1949, masa - masa revolusi / peralihan di Hindia Belanda, khususnya Bali.

Kombinasi kemampuannya memotret, posisinya sebagai pejabat Belanda dan kedekatannya dengan banyak peneliti dan seniman membuatnya bisa menghasilkan banyak foto peristiwa bersejarah maupun budaya bali termasuk, lanskap, arsitektur hingga kesenian berserta seniman Bali di masa itu.

Ia pun kemudian lebih dikenal lekat karyanya sebagai kontributor foto dalam buku Bali Atlas Kebudajaan terbitan tahun 1953

September 1941

Leiden, Belanda

Dronkers menyelesaikan pendidikannya sebagai pegawai negeri sipil Hindia Belanda di Leiden

September 1945

Camp Columbia, Wacol, Brisbane

Dronkers tiba di Brisbane pada bulan September 1945 setelah memutuskan bergabung NICA pada bulan Juli 1945 sebagai rombongan pegawai negeri sipil pertama yang akan berangkat ke Batavia lewat Austarlia.

Brisbane sendiri menjadi markas pemerintahan Hindia Belanda / NEI Exiles sejak bulan Juli 1944 setelah awalnya didirikan di Melbourne bulan April 1942 oleh Hubertus Johannes van Mook dan beberapa staff pasca jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang pada 8 Maret 1942. Markas ini sebelumnya ditempati pasukan Amerika Serikat pada tahun 1943 sebelum berpindah ke Hollandia, Papua Nugini bulan Juni 1944.

Lihat: KITLV Inventaris 81, H 1317, Collectie P.L. Dronkers, no. 17
Lihat juga: The Australian War Memorial, Allies in adversity, Australia and the Dutch in the Pacific War: The NEI government-in-exile
Lihat juga: The State of Queensland (Department of Environment and Science): Queensland WWII Historic Places, NEI Government-in-Exile/NICA/NEFIS/NIGIS Headquarters

3 Oktober 1945

Batavia

Dronkes tiba di Batavia, namun karena masalah administrasi yang kacau di awal kedatangan NICA, ia kemudian dipekerjakan oleh Regerings Voorlichtings Dienst (RVD) / Layanan Informasi Pemerintah yang berada di bawah Directeur van Binnenlands-Bestuur. Di lembaga ini ia berhubungan WA van Goudoever yang merupakan salah satu pejabat RVD.

Kedatangan NICA di Batavia, pada bulan September 1945 dengan membonceng pasukan South East Asia Command (SEAC) mendapat pertentangan dari Republik sehingga berganti nama menjadi Allied Military Administration-Civil Affairs Branch (AMACAB) pada Januari 1946.

Lihat: KITLV Inventaris 81, ..., loc. cit.
Lihat juga: NL-HaNA, Plas, van der, 2.21.266, inv.nr. 119 - 121
Correspondentie van Ch.O. van der Plas als hoofd van de NICA-organisatie en vertegenwoordiger bij het Hoofdkwartier AFNEI in Batavia. 1945 sep - 1946 mrt

Memuat

2 Maret 1946

Pabean, Sanur

Dronkers bersama rombongan AMACAB Bali yang berjumlah 25 orang mendarat di sebelah utara pantai Pabean Sanur. Pada saat yang sama juga mendarat pasukan Brigade Y Gadjah Merah dengan pimpinan Lt. Col. F.H. Ter Meulen.

Sebelumnya pada tanggal 18 Februari 1946 telah dilaksanakan pendaratan di Tanjung Benoa untuk melakukan konsolidasi dengan pasukan Jepang dan persiapan pendaratan di Sanur

Pada hari yang sama kemudian dilaksanakan serah terima kekuasan dari Jepang ke tangan pasukan SEAC pimpinan Inggris di lapangan Denpasar. Kemudian pasukan Belanda mulai mengambil alih dan menguasi Bali. Dimulai dengan pertemuan Ter Meulen dengan raja - raja di Klungkung pada tanggal 3 Maret 1946, kemudian menangkap Gubernur Sunda Kecil sekaligus perwakilan Republik, I Gusti Ketut Pudja pada tanggal 12 Maret 1946 setelah mendapat saran dari AMACAB Bali agar para raja tidak lagi ragu mendukung Belanda

Lihat: KITLV Inventaris 81, ..., loc. cit.
Lihat juga: NL-HaNA, Afscheid van Indië, 2.22.21, inv.nr. 179
Dutch reoccupation of Bali and Lombok Islands: GSOI 5 Indian Div. 1-1-1946 t/m 31-1-1946
Lihat juga: Nieuws Uit Indie (1), De bevrijding van Bali:
Video pendaratan di Bali, serah terima dari Jepang dan pertemuan Ter Meulen dengan para raja Bali di Klungkung, mulai menit 07:28
Lihat juga: Ketut Ardhana, Balinese Puri in Historical Perspective (1993), hal. 87 - 88
Lihat juga: Geoffrey Robinson, The Dark Side of Paradise (1995), hal. 138
Foto 10: Raja Klungkung menyambut Let. Col. Ter Meulen…
Lihat juga: Ide Anak Agung Gde Agung, From the Formation of the State of East Indonesia Towards the Establishment of the United States of Indonesia (1996), hal. 8
Lt. Col. Ter Meulen bersama pejabat AMACAB melaksanakan pertemuan dengan raja - raja Bali di Klungkung...
Lihat: Ibid, hal 9
Pada 12 Maret 1946, atas saran pimpinan AMACAB, Lt. Col. Ter Meulen memerintahkan untuk menangkap Gubernur I Gusti Ketut Pudja...
Lihat juga: Robinson, The Dark..., op. cit., hal 122
Pada 11 Maret 1946, tanpa perlawanan, Belanda menangkap Pudja...

Memuat

Maret - Mei 1946

Menjadi aspirant-controleur di Buleleng

Dronkers menjadi Inspektur Junior (aspirant-controleur) di Buleleng mendampingi Inspektur H.C. Smith

Lihat: NIGIS / KITLV 50865 dan 50800
Een bestuurstournee op Bali wordt door een militaire patrouille begeleid

Memuat

28 April 1946

Pembukaan lapangan terbang baru di Singaraja

Pesta pembukaan lapangan terbang untuk pesawat Piper Cub di Kaliuntu, Singaraja.

Pesawat Piper Cub sendiri dalam berbagai catatan memegang peranan penting buat Belanda. Salah satunya sebagai pesawat pengintai yang menemukan pasukan Ngurah Rai dekat desa Marga

Lihat: NL-HaNA, Dronkers, 2.21.281.25, inv.nr. 3
Ongenummerd: Feest in Singaradja, opening van het nieuw aangelegde vliegveld voor piper-cubs op 28 april 1946
Lihat juga: Nyoman S. Pendit, Album Bali Berdjuang (1954), hal. 50-51
Untuk mempertjepat djalannya aksi-aksi mereka, Belanda telah mengggali landasan-landasan udara darurat. Dan salah satu daripadanja adalah Landasan Terbang Kaliuntu di dekat kota Singaradja...
Lihat juga: NIOD Beeldnummer 57694
...Pembukaan bandara disertai selamatan untuk semua yang bekerja di sana. Penduduk dan tamu kelas atas termasuk Raja Djembrana menikmati tarian...
Lihat juga: KITLV 50788
Offers op de landingsstrip na voltooiing van de aanleg van het vliegveld bij Singaradja
Lihat juga: KITLV 50873
De erewacht van lansdragers van de Anti-Pemberontak Vereniging te Sangsit wordt door de radja, de troepencommandant, de voorzitter van de A.P., de controleur en door andere autoriteiten geïnspecteerd tijdens een vliegfeest
Lihat juga: KITLV 50807
De vlag wordt gehesen bij de opening van een vliegveld voor pipercubs te Gilimanoek op Bali
Lihat juga: Robinson, The Dark..., op. cit., hal. 135
...bahkan memberondong desa dengan pesawat B-25 dan Piper Cub, meskipun...
Lihat juga: Gde Agung, From ..., op. cit., hal. 86
Dengan bantuan pesawat pengintai Piper Cub, pasukan Ngurah Rai dekat desa Marga diketemukan...
Lihat juga: Vidya Yudha (Issues 1-10 1967), hal. 95, tentang pertempuran di Margarana
...tidak cukup itu saja, bahkan pesawat terbang, Piper Cup, beberapa buah pesawat Bomber dan Mustangpun dikerahkan. 11 jam lamanya...

Memuat

Mei - Desember 1946

Menjadi aspirant-controleur di Jembrana

Dronkers menjadi Inspektur Junior (aspirant-controleur) di Jembrana

Lihat: H.C. Smith, Zeer geheim rapport inzake aglemeene situatie in Noord Bali (Lanschappen Boeleleng en Djembrana), NL-HaNA_2.10.14_3247_0029
In verband met zijn overplaatsing naar het Landscap Tabanan gaf rapporteur den dienst te Singaradja op Juni over aan den Controleur 1-ste klase J.H. Voonhuicen, terwijl dienst te Negara op 25 Juni aan den Adspirant Controleur P.L. Dronkers werd overgegeven.

Memuat

Juni 1946

Laporan Kekerasan Tentara KNIL

Ter Meulen melaporkan banyaknya keluhan perlakuan kelewat kasar dari patroli dan kesatuan militer dan tidak mencerminkan ke-Belanda-an.

Tidak kurang 52 orang Bali yang telah dibunuh dan banyak lagi dilukai oleh patroli KNIL. Sebagian besar korban adalah pemuda yang hanya bertindak di bawah ancaman anggota gerakan perlawanan. Bahkan disebutkan seorang perempuan dan anak kecil yang tidak memiliki kaitan juga menjadi korban.

Antara pertengahan Mei - Juni 1946 dilaporkan sekitar 180 orang Bali dibunuh dan lebih dari 1.500 orang ditawan (Robinson, 1995:136)

Lihat: Robinson, The Dark..., op. cit., hal. 135 - 136
Lihat: Dr. M. Boon, Politiek verslag van de Resident Bali en Lombok over de tweede helft September 1947, 11 Oktober 1947, hal. 12
...In verslagperiode werden behalve Mardjoeki en zijn helper zewel op 28 als 29/9 een terroriest neergelegd door militaire patrouille's
Lihat juga: KITVL 50901
Het lijk van verzetsstrijder Mardjoeki op Bali

Memuat

29 Juni 1946

Perayaan Ulang Tahun Pangeran Bernhard

Untuk mengambil hati rakyat Belanda mengadakan pendekatan lewat anak - anak dan pada gilirannya berkaitan dengan para orang tua mereka dan menjauhkan dari pengaruh pembrontak (Republikan). Contohnya pada perayaan ulang tahun Pangeran Bernhard di Negara pada tanggal 29 Juni 1946, anak - anak bernyanyi, bermain games dan menerima hadiah di sekolah, mereka juga mengangkat bendera Belanda. Anak - anak sekolah mendapat hiburan dari pentas teatrikal yang berisi pembakaran uang Jepang oleh penari dengan pakaian bebondresan. Anak - anak tadi juga mendapat makan siang dan pakaian serta potret Ratu Belanda. Tidak lupa Dronkers juga berpidato bahwa rekan - rekan mereka di Amerika yang mengirim hadiah sedangkan potret Ratu dari Belanda. Dijelaskan pula bahwa Bernhard adalah pria yang membantu mengalahkan musuh Jerman dan suami dari Putri Mahkota Juliana (Protschky, 2019:203)

Lihat: Susie Protschky, Photographic Subjects: Monarchy and Visual Culture in Colonial Indonesia (2019), hal. 203
For Prince Bernhard's birtday in June 1946, Dronkers photographed schoolchildren singing, hoisting Dutch flag,...For entertainment, they watched a clown perform and burned Japanese money.
Lihat juga: NL-HaNA, Dronkers, 2.21.281.25, inv.nr. 4
Lihat juga: NIOD Beeldnummber 61605, datum 09/10/1946
In West-Bali werd Japansch geld feestelijk verbrand tijdens de opvoering van een Balisch toneelstuk. Met het Japansche geld en Japansche uitrustingsstukken verdwijnt tenslotte de Jap in het vuur.
Lihat juga: KITLV 50822 dan 50880
De verbranding van Japans geld bij een toneeluitvoering op koninginnedag te Negara op Bali
Lihat juga: Nieuwe courant,Geldzuivering op Bali en Lombok, 30/8/1946
De resident van Bali en Lombok heeft, blijkens een officieele aankondiging in de "Bali en Lombok-Bode" van 24 Aug. j.l. een verordening vastgesteld, waarbij het in bezit hebben, vervoeren of doen vervoeren van het door den Japanschen vijand in omloop gebrachte betaalmiddele is verboden

Memuat

5 Juli 1946

Pemakaman Lt. Col. F.H. Ter Meulen

Lt. Col. F.H. Ter Meulen meninggal di Denpasar tanggal 4 Juli 1946 karena kecelakaan, kemudian dimakamkan keesokan harinya pada jam 10 pagi di Denpasar, sebelum dipindahkan ke makam Kembang Kuning, Surabaya.

Lihat: NIMH Beeldbank Objectnummer 2164-019-003
Graf van Luitenant-kolonel Frederik Hendrik ter Meulen op Bali. Geboren op 2 maart 1899 te Batavia. Overleden op 4 juli 1946, na een ongeval en de daarop volgende operatie...De overledene is later herbegraven op het ereveld Kembang Koening te Soerabaja, vak BB nr 182.
Lihat juga: NIMH Beeldbank Objectnummer 2164-019-001
Graf van Evert Hillebrandt op Bali. Stb nr 270130003. Geboren op 30 januari 1927 te Zwolle. Omgekomen op 10 augustus 1946 te Melaja (Noord Bali), als gevolg van eigen vuur.
Lihat juga: NIMH Beeldbank Objectnummer 2164-019-002
Begraafplaats op Bali. Hier lagen o.a. luitenant-kolonel F.H. ter Meulen en soldaat Evert Hillebrand begraven.
Lihat juga: Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, Overste Termeulen Na ongeval overleden, 9/7/1946
Ten gevolge van een ongeval, hem op het sportveld overkomen, is tegen den middag van 4 Juli j.l. de commandant van de Bali-Lombok Brigade, luitenant-kolonel F. H. Termeulen, overleden, meldt de L.V.D.
Toen enkele dagen na dit ongeval de toestand van luitenant-kolonel Termeulen achteruit ging, moest worden overgegaan tot een buikoperatie, die echter zijn leven niet vermocht te redden. Tijdens deze operatie is hij overleden.
Op 5 Juli des morgens 10 uur werd het stoffelijk overschot ter aarde besteld

Lihat juga: Nationaal Archief 2.24.04.03_11002
Marching Band Pangeran Bernhard pada upacara pemakaman di Kembang Kuning

Memuat

31 Agustus 1946

Pesta Peringatan Hari Ratu Belanda di Negara

Album Dronkers berjudul Queen's Day menampilkan kompetisi memanjat masal, pentas musik dan sebuah pesta sekitar 2000 anak - anak yang berlangsung selama dua hari. Dronkers dalam kata sambutannya menggunakan bahasa Indonesia mengucapkan:
...she[the queen] worked for our freedom. May H.M. therefore be nameb the Queen who brought freedom. She was thus in the Netherlands, she is also thus in Indonesia ...Her troops have defeated the rebels [kaoem kaoem peroesoeh] on Bali and restored freedom ...May we bestow thanks and honour on Her Majesty, who is the protector of us all.
(Protschky, 2019:201-202)

Lihat: Protschky, Photographic Subjects..., op. cit., hal. 201 - 202
As an official, he also reported to the Nederlands Indies Goverment Information Service (NIGIS), a civilian arm of the various Dutch intelligence organisations that operated during the military actions...
Lihat juga: NL-HaNA, Dronkers, 2.21.281.25, inv.nr. 3
No 8: Bali bevrijd: Koninginnedag in een bevrijd land, Negara, Bali, 31 Agustus 1946
Lihat juga: KITLV 50817
Mastklimmen op koninginnedag op een school te Negara op Bali

Memuat

7 Desember 1946 — 24 Desember 1946

Konferensi Denpasar

Konferensi Denpasar dimulai pada 7 Desember 1946 dengan pimpinan Dr. W. Hoven yang saat itu menjabat sebagai Directeur van Binnenlands-Bestuur. Sedangkan Dr. H.J. van Mook baru hadir dan membuka konferensi secara resmi pada tanggal 18 Desember 1946. Ia terlambat hadir karena masih ada urusan terkait Perjanjian Linggarjati.

Pelaksanaan konferensi yang merupakan kelanjutan dari konferensi Malino dan Pangkal Pinang ini memutuskan pembentukan Negera Indonesia Timur (NIT) yang berpusat di Makasar dengan presiden Tjokorda Gde Raka Soekawati.

Lihat: W.A. van Goudoever, Denpasar Bouwt Een Huis (1947)
Lihat juga: Polygon Bioscoopjournaals Weeknummer 47-03
Nieuws uit Indonesie vluchteligen uit Madoera conferentie van Denpasar
Lihat juga: ANRI kode IPPHOS.1946.12.13.1946.12.13.1946.12.13-266
Para wartawan R.I. yang diutus ke Konferensi Denpasar / Bali disuruh kembali oleh petugas - petugas Belanda
Lihat juga: NL-HaNA, Fotocollectie Anefo, 2.24.01.09, Bestanddeelnummer 902-0279
H.J.J van Mook. Luitenant-gouverneur generaal van Nederlands-Indië

Memuat

Januari 1947 — Agustus 1947

Menjadi controleur di Tabanan

Dronkers menjadi Inspektur (controleur), menggantikan A.W.A.A. Ellerbeck dan Dewan Penasehat (bestuuradviseur) di Tabanan

Pergantian Ellerbeck berkaitan erat dengan konflik sipil - militer yang melibatkan Jendral Simon Spoor dan Directeur van Binnenlands-Bestuur, W. Hoven di Batavia. Dengan pengalaman masa pra-perang ia lebih condong pada strategi politik lebih efektif ketimbang solusi militer, akibatnya dia tersinggir jelang akhir tahun dan digantikan oleh generasi yang lebih muda dan umumnya tidak punya pengalaman di Hinda Belanda, terutama Bali.
Secara umum tim baru lebih mudah bekerja sama dengan militer sehingga memungkinkan konsolidasi aparatur negara yang sangat otoriter di Bali. Sebelumnya Residen / CO-AMACAB kedua, W.G. Jacobs lebih dahulu tersingkir karena konflik yang sama. Ia disebut - sebut sebal bekerja sama dengan Konig dan bentrok dengan Ter Meulen (Robinson, 1995:136)

Lihat: Robinson, The Dark..., op. cit., hal. 136
Lihat juga: NL-HaNA, Boon, M.., 2.21.183.10, inv.nr. 40
Stukken betreffende de meningsverschillen tussen de controleur Ellerbeck van Tabanan en de militaire commandant aldaar, majoor Van Beek.
Lihat juga: NL-HaNA, Fotocollectie Anefo, 2.24.01.09, Bestanddeelnummer 902-0277
Dr. W. Hoven. Directeur Binnenlands Bestuur. Algemeen Regeringscommissaris voor Borneo en de Grote Oost

Memuat

30 Maret 1947

Kunjungan Pendeta Gramberg ke Untal-untal

Setelah 5 tahun pulang ke Belanda karena pendudukan Jepang, Pendeta Th. B.W.G. Gramberg akhirnya kembali ke Bali pada hari Minggu pagi, 30 Maret 1947. Ia kemudian mengunjungi jemaat gereja di Untal-untal yang saat itu dipimpin oleh Wayan Kirig pada sore hari. Kedatangannya mendapat sambutan hangat. Gereja dipenuhi oleh sebagian besar kaum muda dengan tambahan jemaat dari Dalung. Di depan sekelompok anak-anak memainkan orkestra dari bambu membuat suasana menjadi makin meriah.

Selain ke Untal-untal pada hari yang sama ia juga berkunjung ke Dalung tempat Mas Sastradmedja yang dibaptis Mas Tartib Eprajim yang melakukan pembaptisan antara tahun 1932-1936.

Gereja di Untal-untal berlokasi di depan sebuah pura pemaksan, sebuah pura keluarga yang sebelumnya dirawat oleh 20 keluarga, namun 17 diantaranya telah beralih menjadi pemeluk Kristen dan hanya menyisakan 3 keluarga. Akibatnya sempat terjadi perdebatan tentang keberlangsungan pura tersebut. Pihak mayoritas mengklaim pura tersebut adalah milik mereka dan bukan milik desa karena selama ini pihak desa tidak pernah terlibat dalam kegiatan di pura tersebut. Mereka merasa berhak untuk menggantikannya namun ditentang oleh keluarga yang masih menganut Hindu. Kondisinya menjadi tidak terawat dan ditumbuhi padang ilalang.

Kedatangan Gramberg ke Untal-untal berkaitan dengan Pesangkepan Agung di Untal-untal yang berlangsung pada tanggal 11 April 1947 dan merupakan kontak resmi antara Gereja Bali dan Misi Eropa. Acara yang dihadiri 30 orang perwakilan seluruh jemaat kecuali Tabanan adalah atas permintaan Pendeta Gramberg dan Pendeta Franken. (Swellengrebel, 1948:297,304).

Lihat: J.L. Swellengrebel, Kerk en Tempel (1948), hal. 202
Toen ik op Zondagmorgen 30 Maart 1947, na een afwezigheid van 5 jaar, op Bali aankwam, gelukte het mij, diezelfde middag nog Oental-oental te bezoeken. De kerk is op die Zondagnamiddag gevuld met de jeugd. Een groep jongens blaast op bamboefluiten, sommige licht en hoog van toon, andere met zwaar basgeluid.
Lihat juga: Ibid, hal. 143, 203-205
Lihat: Ibid, hal. 304
Zo kwamen dus op 11 April dertig afgevaardigden, vertegenwoordigende alle gemeenten --- behalve, dooreen misverstand waarschijnlijk, die uit Tabanan --- samen inde kerk van Oental-oental. Ook twee Christen-Javanen waren aanwezig: de bovengenoemde Mas Sastradimedja en de verpleger Mas Miarsa. Het bestuur van de algemene vergadering werd gevormd door Madé Roengoe voorzitter, Madé Mawa vice-voorzitter, Wajan Regog secretaris en Gedé Sadra penningmeester.
De voorzitter opende de vergadering en deelde mee, dat men was bijeengekomen op verzoek van de beide Europese predikanten, Ds Gramberg en Ds Franken...

Lihat juga: Ibid, hal. 297

Memuat

Maret 1947

Gereja di Abianbase

Jumlah jemaat di Abianbase dengan pendeta pertama Ketoet Jahja berkembang pada paruh ke-2 tahun 1930-an. Awalnya adalah terbanyak sebelum berkembangnya Blimbingsari. Saat Gramberg datang pada bulan Maret 1947 jumlah jemaatnya mencapai 250 jiwa.

Gereja yang kini dikenal sebagai Gereja Galang Ning Hyang pertama kali selesai dibangun pada tahun 1938 setelah melalui proses selama 2,5 tahun di atas tanah milik Ketoet Jahja. Bangunannya yang beratap bertingkat dengan hiasan burung merpati di atap bagian depan menggunakan bahan kayu yang ditebang sendiri di Bali Barat. Sebagai pembatas gereja dikelilingi pagar dan sebuah gerbang dengan style Bali. Gramberg menyebutkan gereja ini yang pertama melekatkan style Bali dalam bangunannya.

Lihat: Swellengrebel, Kerk en..., op. cit., hal. 88
Ik zie nog de ontsteltenis op het gelaat van de trouwe Ketoet Jahja uit Abianbasé, toen ik hem in Maart '47...
Lihat: Ibid, hal. 207
Het heeft 2,5 jaar geduurd, voordat de kerk met een dubbel dak, een poort er voor en een muur er omheen, naar Balische adat, eindelijk klaar was. Boven het portaal is een duif aangebracht, het symbool van de Heilige Geest
Lihat: Ibid, hal. 215 & 315, Foto no. 39
De kerk van Abianbasé in aanbouw
Lihat: Ibid, hal. 235 & 316, Foto no. 51
Ketoet Jahja, voorganger van Abianbasé, roept zijn gemeente bijeen, door op de koelkoel te slaan
Lihat juga: Ibid, hal. 206 & 208

Memuat

1947

Perluasan Permukiman di Blimbingsari

Pada tahun 1947 atas seijin pemerintah dilaksanakan pembukaan lahan di hutan sebelah barat enjungan kelod kauh desa Blimbingsari oleh 44 kepala keluarga (KK) sebelum disusul lagi oleh 10 KK. Lahan yang kemudian menjadi banjar Ambyarsari merupakan perluasan dari desa Blimbingsari yang saat itu beberapa keluarga tidak mendapat pembagian lahan sehingga diajukan pembukaan lahan baru. (Junaedi, 2014:96-98, Swellengrebel, 1948:258)

Desa Blimbingsari adalah hasil pembukaan lahan di Alas Cekik, Jembrana pada akhir 1939 yang dilakukan untuk merelokasi orang - orang Kristen Protestan di desa - desa (Untal - untal, Abianbase, Sading, Plambingan, Carangsari, Bongan) akibat konflik karena perpindahan agama. Sedangkan Jembrana sejak tahun 1935 telah ditetapkan sebagai wilayah transmigrasi selain sebagai tempat pembuangan orang - orang bermasalah di masa itu.(Junaedi, 2014:65)

Pada tanggal 30 November 1939 dengan menumpang dua bus Sapakira, rombongan yang berjumlah 30 orang berangkat ke Alas Cekik dengan pimpinan Made Sela, Made Rungu dan Nyoman Regig. Di akhir tahun mereka sudah bisa berkumpul bersama keluarga untuk merayakan hari Natal. (Junaedi, 2014:72-74, Swellengrebel, 1948:222)

Lihat: I Wayan Ruspendi Junaedi, Transformasi Ekonomi Komunitas Blimbingsari (2014), hal. 96 - 98
Lihat juga: Swellengrebel, Kerk en..., op. cit., hal. 222 dan 258
Lihat juga: Eka Sabara, Bus Sapakira 1950 - 1963
Lihat juga: SP Martana, Balinese Christian Architecture, 1936 - 200 (2018), hal. 4
Figure 3: Layout of the church of Ambyarsari, the same pattern with the Blimbingssari
Lihat juga: SDK Maranatha dan Gereja Blimbingsari
P.L. Dronkers beberapa kali mengunjungi Blimbingsari, Lihat: Koran Trouw, 5 April 1947
Op Blimbing Sari zijn de Nederlandsche militairen op bezoek geweest; de controleur van het Binnenlandsch Bestuur P.L. Dronkers, is verschillende keeren bij hen geweest...
Pendeta Th. B.W.G. Gramberg mengunjungi Blimbingsari saat Paskah tahun 1947, Lihat: Swellengrebel, Kerk en..., op. cit, hal. 267
In 1947 woonde ik de Paasviering van de gemeente Blimbingsari bij. De dag tevoren waren de wegen bij het kruispunt, waar de kerk staat, versierd. Elke bandjar had op zijn eigen weg een pèndjor (een mooi versierde bamboepaal) opgericht, terwijl ook de kerk zelf met slingers en bloemen nogal bont getooid was.

Memuat

31 Mei 1947

Peresmian Jalan Baru di Desa Blatungan, Tabanan

Peresmian jalan baru di Tabanan Barat oleh Tjokorda Ngurah Gde, pimpinan swapraja Tabanan mendapat sambutan warga desa Babakan, Blatungan dan Mundeh. serta dihadiri oleh Residen Bali-Lombok dan komandan pasukan. Pembangunan jalan baru yang selesai hanya dalam waktu 10 hari ini merupakan salah satu upaya untuk mempermudahkan akses patroli dan mempersempit gerak para pemuda pendukung Republik yang disebut sebagai teroris oleh pemerintah.

Lihat: Koran Nieuwe Courant, 2 Juni 1947.
In de laatste week van Mei zou deze weg door de Zelfbestuurder van Tabanan, Tjokorde Ngoerah Gde, feestelijk worden geopend met een slametan voor alle aanwonende dorpen. De resident van Ball en Lombok en de Troepen-commandant zouden bij de inwijding tegenwoordig zijn. De bewoners van de dessah's Babakan, Blatoengan en Moendeh, zijn tot deze spontane wegenbouw gekomen,...
Lihat juga: Koran Algemeen Indisch dagblad, 4 Juni 1947
Balinese bevolking strijdt tegen terrorisme in 10 dagen tijds autoweg aangelegd.

Memuat

Juni 1947

Mobil Dewan Raja - Raja Bali

Lihat: NL-HaNA, Boon, M.., 2.21.183.10, inv.nr. 62.
Telegram dari Ide Anak Agung Gde Agung mengenai pembelian mobil baru di Batavia, 29 Juni 1947

Memuat

Agustus 1947 — Juni 1948

Menjadi bestuuradviseur di Tabanan

Dronkers menjadi bestuuradviseur (penasehat pemerintahan) di Tabanan pasca terbentuknya Federatie Bali pada 15 Agustus 1947.

Terbentuknya Federatie Bali menandai beralihnya posisi controleur Belanda sebagai Hoofd van het Plaatselijk Bestuur (HPB) / Kepala Pemerintahan Daerah digantikan oleh putra - putra lokal dalam hal ini oleh pimpinan kerajaan yang saat itu menjabat sebagai zelfbestuur (pimpinan swapraja). Sedangkan para mantan controleur kemudian diangkat sebagai penasehat.

Lihat: Bali Membuat Sejarah Baru 1938 - 1948 (1949), hal. 6
Dengan berdirinya Federatie Bali dan dengan tujuan yang pasti dari politik pemerintah yang hendak berusaha secepat - cepatnya supaya segala sesuatu diserahkan ke tangan putera sendiri, maka dengan berslit Directeur Binnenlands Bestuur tanggal 16 Januari 1947 No. B.Z. 2/1/6 (Bijblad 15708) kekuasan Hoofd van het Plaatselijk Bestuur (HPB / Kepala Pemerintahan Daerah) yang biasanya dipegang oleh seorang controleur Belanda diserahkanlah kepada zelfbestuur yang bersangkutan di semua landschap di pulau Bali

Memuat

17 November 1947

Pameran Kesenian Bali di Denpasar

Pameran Kesenian dibuka oleh Dr. M. Boon, Residen Bali-Lombok yang membacakan sambutan tertulis dari Michels, Kepala Bidang Kesejahteraan Masyarakat Negara Indonesia Timur yang berhalangan hadir karena ada sidang di Makasar. Pameran ini awalnya dilaksanakan oleh Departemen Sosial sebelum terbentuknya Negara Indonesia Timur.

Lihat: Indische documentatie dienst van ANP-Aneta, IDD, Seri II no. 44, hal. 526 (5 Desember 1947)
In de militaire cantine te Denpasar werd op 17 November de tentoonstelling van Balische kunst geopend, welke oorspronkelijk onder auspicien ven het departement van sociale zaken was bijeengebracht en daarna is overgedragen aan de Staat-Oost-Indonesie.

Memuat

17 November 1947

Pergoeroean Keristen Maranatha Belimbingsari

Pada tahun 1947 warga desa Blimbingsari merasa perlu akan pendidikan karena itu mereka mendirikan SD Kristen Maranatha di Blimbingsari. (Junaedi, 2014:90)

Bangunan sekolah saat itu menggunakan bangunan gereja yang terletak di timur laut perempatan utama desa, sebelum gereja dipindah ke sebelah barat dan menjadi Gereja PNIEL yang lebih permanen

Lihat: Drs. A.A. Gede Putra Agung dan Drs. I Nengah Musta, Sejarah Pendidikan Daerah Bali (Cetakan Pertama 1991 / 1992), hal. 90
Sekolah Dasar ini didirikan pada tanggal 11 Juli 1947...badan hukum yang mendirikan sekolah dasar ini ialah suatu majelis bersama majelis Sinoda Gereja Kristen Protestan di Bali. Adapun yang menjadi pelopornya diantaranya ialah: Pendeta Ketut Sueca, Pendeta Made Rungu, Pendeta Made Ayub dan lain - lain. Yang menjadi kepala sekolahnya yang pertama ialah Pendeta Ketut Sueca...Surat Penetapan Menteri Pengajaran Negara Indonesia Timur di Makasar tanggal 1-4-1949 No. 42774...
Lihat juga: Profile SDK Maranatha
Papan nama sekolah menunjukan tanggal 1 April 1947
Lihat juga: I Wayan Ruspendi Junaedi, Transformasi Ekonomi Komunitas Blimbingsari (2014), hal. 90
Lihat juga: Frederiek Djara Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Cetakan ke-4, 2006), hal. 130
Pada masa pendudukan Jepang...., Made Rungu ditasbihkan menjadi pendeta di Mojowarno sehingga dialah yang menjadi pendeta pertama dari orang Bali
Lihat juga: Perluasan permukiman di Blimbingsari

Memuat

2 Januari 1948 — 6 September 1948

Pembangunan Tirtagangga

Pembangunan Tirtagangga.

Lihat: Plakat Pembangunan yang ditandatangani oleh Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem (Raja Karangasem) dan Hans Snelleman (controleur Karangasem)

Memuat

Maret 1948 — April 1948

Upacara Pemijilan di Selat

Upacara Pemijilan adalah upacara terbesar sepuluh tahunan di desa Selat, Karangasem.

Pada puncak upacara para dewa - dewa setempat (Ratu Ngerata Bumi dan Ratu Putra Piagem) diusung dari Pura Sakti menuju Pura Bale Agung melintasi lantaran nasi / bentangan kain putih yang di atasnya ditaburi nasi, aneka persembahan termasuk canang dan lawar babi. Sesaat setelah para dewa melintas, nasi yang terinjak pengiring dewa diperebutkan warga dianggap sebagai berkah dan ditebarkan ke sawah dan tegalan

Lihat: R. Goris, Het Groote Tienjaarlijkse Feest Te Selat (Djawa volume XIX, 1939)
Lihat juga: Upacara Pemijilan tahun 2018

Memuat

April 1948

Kunjungan Presiden NIT ke Bali

Kunjungan Tjokorda Gde Raka Soekawati, presiden NIT ke Bali.

Lihat: NL-HaNA, Boon, M.., 2.21.183.10, inv.nr. 62.
Surat ucapan terima kasih Tjokorda Gde Raka Soekawati, Presiden NIT atas semua yang terlibat dalam perjalanannya di Lombok dan Bali, 14 April 1948
Lihat juga: P. de Bruijn, Nationaal Archief Bestanddeelnummer 5853, 1632-12-2, 1632-12-6

Memuat

Mei 1948

Penghargaan Salib Perunggu

Majoor J. B. T. Konig dan Sergeant Neyendorf mendapatkan Salib Perunggu terkait peristiwa 20 November 1946.

Peristiwa 20 November 1946 atau kemudian dikenal dengan Perang Puputan Margarana berlangsung di Uma Kaang antara pasukan Ciung Wanara pimpinan Letnal Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda berlangsung sengit. Sampai - sampai Belanda mendatangkan bantuan pesawat pengintai (Pipercub) dan bomber B-25. Sebanyak 96 pasukan Ciung Wanara termasuk Ngurah Rai gugur pada pertempuran yang berlangsung hingga jam 5 sore itu.

Penghargaan yang diserahkan pada bulan Mei 1948 itu berdasarkan Koninklijk Besluit no: 20 tanggal 13 September 1947 dengan nomer registrasi: 2136

Lihat: NIOD Beeldnummer 146206
...Majoor Koning en sergeant Neyendorf krijgen het Bronzen Kruis
Lihat: Het dagblad, Overdracht commando Bali en Lombok, 11 Mei 1948, hal. 2
Te Den Passar werd op plechtige wijze het Bronzen Kruis uitgereikt aan maj. J.B. König en serg. Neyendorf. Deze plechtigheid werd gevolgd door de overdracht van het Troepencommando Bali en Lombok van maj. König aau luit.-kol. C. A. van Deutekom. Een défilé van alle troepenonderdelen besloot de plechtigheid.Lihat juga: Amigoe di Curacao, 11 Mei 1948, hal. 2.
Lihat juga: NIMH Databank Dapperheidsonderscheidingen registernummer 2136
Lihat juga: Made Sutaba, Sejarah Perlawanan Terhadap Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah Bali (1984), hal. 143 - 152

Memuat

Juni 1948 — Maret 1949

Menjadi Kepala Departemen Urusan Politik Dewan Raja - Raja

Dronkers menjadi Kepala Departemen Urusan Politik Dewan Raja - Raja

Memuat

Agustus 1948

GIEB dibentuk di Denpasar

Gabungan Impor dan Expor Bali (GIEB), dibentuk sebagai usaha bersama dari toko - toko dan pedagang - pedagang perantaraan seluruh Bali yang bercita - cita melanjutkan usaha - usaha impor dan ekspor hasil bumi dan kerajinan (Gde Raka, 1955:84).

Merupakan sebagai salah satu perusahaan tersukses milik orang Bali yang didirikan atas dukungan pemerintah Belanda dan NIT. Pada awalnya didirikan untuk membantu pengusaha kecil dan memecah monopoli Cina dalam perdagangan (Robinson, 1995:246).

Lihat: I Gusti Gde Raka, Monografi Pulau Bali (1955), hal. 84
GIEB dibentuk dalam bulan Agustus 1948...
Lihat juga: Robinson, The Dark..., op. cit., hal. 246
GIEB didirikan pada Desember 1948 oleh I Ketut Bagiada

Memuat

15 Agustus 1948

Pernikahan Anak Agung Gde Oka dengan Tjokorda Istri Sri Mas

Pernikahan Anak Agung Gde Oka dengan Tjokorda Istri Sri Mas disebut - sebut pernikahan politik. Salah satunya untuk meredam gelojak pasca ditembaknya seorang punggawa Peliatan yang merupakan ayah dari Tjokorda Istri Sri Mas (Robinson, 1995:173).
Selama acara berbagai pentas kesenian dipentaskan mulai tari gambuh dari desa Batuan, legong, dll.

Beberapa tokoh yang terlihat hadir antara lain: Jendral S.H. Spoor, M. Boon (Resident Bali Lombok), Ide Anak Agung Gde Agung, Dewan Raja - Raja. Sedangkan Tjokorda Raka Soekawati, Presiden NIT berhalangan hadir.

Wawancara dengan Tjokorda Istri Sri Mas, Puri Gianyar, 10 Juli 2020:
Pada prosesi pernikahan, Tjokorda Istri ditandu secara estafet dari Puri Peliatan menuju Puri Gianyar dan selanjutnya dilaksanakan upacara pernikahan dengan Anak Agung Gde Oka yang berlangsung selama 11 hari (11 - 22 Agustus 1948). Selama acara berbagai pentas kesenian dipentaskan mulai tari gambuh dari desa Batuan, legong, dll. Disebutkan banyak tokoh hadir demikian juga banyak wartawan turut mengabadikan, sedangkan Tjokorda Raka Soekawati, Presiden NIT berhalangan hadir.
Lihat juga: Robinson, The Dark..., hal. 173 Foto 12
Pernikahan Anak Agung Gde Oka (Raja Gianyar) dan Tjokorda Istri Sri Mas, anak punggawa Peliatan yang ditembak pada tahun 1946
Lihat juga: Nationaal Archief Bestanddeelnummer 3602 dan 3604
Kedatangan Jendral S.H. Spoor ke pernikahan Anak Agung Gde Oka, Raja Gianyar
Lihat juga: KITLV 50915
Gasten bij het huwelijk van Anak Agoeng Gdé Oka, radja van Gianjar
V.l.n.r.: Anak Agoeng Gdé Agoeng (minister-president van Oost-Indonesië), resident M. Boon, een onbekende, mevrouw Boon, mevrouw Anak Agoeng Gdé Agoeng, generaal S.H. Spoor. Depicted: Spoor, S.H.; Boon, mevrouw; Boon, M.; Agung, mevrouw Anak Agung Gdé; Agung, Anak Agung Gdé.

Memuat

18 September 1948

Peresmian Tirtagangga

Peresmian Tirtagangga dilakukan oleh Dr. M. Boon, Residen Bali Lombok dan didedikasikan sebagai perayaan penobatan Ratu Juliana

Lihat: Dr. M. Boon, Politiek verslag van de Residentie Bali en Lombok over de tweede helft van September 1948, 18 Oktober 1948, hal. 9
Op 18 September is het deer zelfbestuurder van Karangasem gebeuwde Tirta Gangga, gewijd aan de toansbestijging van H.M. Koningin Juliana, feestelijk geopend
Lihat juga: Plakat Pembukaan

Memuat

6 November 1948

Kongres Paruman Para Pandita di Denpasar

Sebuah organisasi yang menaungi peranda bernama Paruman Para Pandita dengan ketua Ida Pedanda Made Kemenuh dideklarasikan pada 31 Januari 1947 di Singaraja. Organisasi yang mendapat dukungan Dewan Raja - Raja ini awalnya terbatas di wilayah Buleleng. Baru pada kongresnya di Denpasar pada 6 November 1948 diperluas menjadi Paruman Para Pandita Bali Lombok dengan tujuan awal untuk menyatukan Agama Siwa - Budha.

Sebuah kongres dengan agenda utama memilih nama agama di Bali dilaksanakan pada tanggal 16 - 19 November 1949 di Singaraja. Dengan dukungan sebagian besar raja-raja di Bali yang hadir pada saat itu dipilih Agama Tirta mengalahkan nama-nama lain seperti: Agama Siwa, Siwa-Budha, Bali Hindu dan Hindu. Pada saat itu juga ditegaskan bahwa hanya pedanda Siwa dan Budha yang memiliki wewenang untuk menasbihkan calon pedanda.

Lihat: Michagel Picard, Balinese Religion in Search of Recognition From Agama Hindu Bali to Agama Hindu 1945-1965 ( 2011), hal. 487
Laporan M. Boon menyebutkan Paruman Para Pandita Bali berdiri pada 8 Januari 1948. Lihat: Dr. M. Boon, Politiek verslag van de Residentie Bali en Lombok over de Eerste Helft van Januari 1948, 23 Januari 1948, hal. 4.
Op 8 Januari j.l. werd de "Paroeman Para Pandita Bali" gesticht ten deel hebbende de Bali-Hindu priesters te verenigen en de kennis der religie bij het volk te verdiepen
Lihat: Dr. M. Boon, Politiek verslag van de Residentie Bali en Lombok over de Eerste Helft van de maand November 1948, 2 Desember 1948, hal. 6.
In het verig verslag werd reeds gesproken over het Congres van Pedanda's dat op 6 November te Denpasar plaats had, waarbij de "Paroeman Pandita" werd opgericht. Deze stelt zich ten deel meer eenheid te verwezenlijkn (b.v.in de feestkalender), beter inzicht te verwerven en te verbreiden in de Hindoetheologic en tenslette de oprichting van een school voor te bereriden waar pedanda's hun opleiding kunnen ontvangen.

Memuat

Maret 1949 — April 1950

Menjadi Kepala Departemen Urusan Ekonomi Dewan Raja - Raja

Dronkers menjadi Kepala Departemen Urusan Ekonomi Dewan Raja - Raja

Memuat

Maret 1949

Upacara Ngesanga di Selat

Setiap tahun sekali, sekitar awal bulan Maret, warga desa Selat, Karangasem melaksanakan upacara Ngesanga di pura Bale Agung setempat. Upacara ini berkaitan dengan ritual kesuburan / budaya agraris yang melibatkan Dewa Sanga dan Dewi Sri (disimbulkan dengan padi yang diletakan di bawah patung).
Upacara rutin ini baru akan ditiadakan saat desa melaksanakan upacara Pemijilan yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali

Lihat: Upacara Pemijilan

Memuat

14 Maret 1949

Pemindahan kekuasaan ke Dewan Raja - Raja

Upacara pemindahan kekuasaan dari Residen Dr. M. Boon ke Dewan Raja - Raja di Bali Hotel, Denpasar

Lihat: Bali Membuat Sedjarah Baru 1938 - 1948 (1949), hal. 3 dan 26

Memuat

1949

Pentas calonarang di desa Pagutan

Pada tanggal 16 Desember 1937 pentas calonarang yang melibatkan beberapa perempuan dengan keris saat ngurek di desa Pagutan dipentaskan pertama kali untuk keperluan riset Jane Belo dan kawan - kawan, setelah sebelumnya ide ini ditolak di Denjalan.

Sebagai Kepala Departemen Urusan Ekonomi Dewan Raja - Raja, Dronkers mengulang politik ekonomi Belanda sebelumnya yaitu pengembangan Bali sebagai destiniasi wisata khususnya wisata dengan keunikan kesenian dan budaya. Ia kemungkinan besar memanfaatkan kedatangan Henri Cartier-Bresson, fotografer Magnum untuk mempopulerkan kesenian Bali ke seluruh dunia lewat foto.

Lihat: Jane Belo, Trance in Bali (1960), hal. 155 - 159
Karya foto Bresson dalam buku Les Danses à Bali maupun Bali, Tanz und Theater memiliki banyak persamaan objek foto dengan foto - foto yang dibuat Dronkers khususnya foto - foto di Pagutan dan Ubud, Lihat: Henri Cartier-Bresson, Bali, Tanz und Theater (1960), hal. 76. Lihat juga: R. Goris & P.L. Dronkers, Bali Atlas Kebudajaan (1953), hal. 124.

Memuat

Juni 1949

Palebon di Puri Gianyar

Upacara palebon salah satu istri Dewa Manggis yang disebutkan tidak jadi melaksanakaan ritual Sute pada palebon Dewa Manggis tahun 1914.

Prosesi palebon yang menggunakan naga banda, namun tidak menggunakan bade bertumpang, nampun berupa tumpang salu, seperti umumnya digunakan pada palebon para pandita mengingat pasca tidak diperbolehkan melaksanakan sute, beliau diketahui menjalani kehidupan pandita sampai akhir hayatnya. (wawancara dengan kerabat Puri Gianyar, 2020)

Memuat

Agustus 1949

Kunjungan Anak Agung Gde Agung ke Puri Ubud

Sebelum berangkat ke Belanda untuk mengikuti Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Anak Agung Gde Agung yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Negara Indonesia Timur menyempatkan untuk berkunjung ke Puri Ubud tempat asal istrinya.

Lihat: Koran De vrije pers: ochtendbulletin, (12-06-1949), Foto: Drakulic
De premier van Oost-Indonesië, Anak Agóeng Gde Agoeng, bracht voor zijn reis Nederland een bezoek aan het Waterpaleis van de president van Oost-Indonesië, Tjokorde Gde Raka Oeboed op Bali. Voor bepaalde, grote gebeurtenissen, wil de adat, dat er in familiekring de zegen hierover wordt afgesmeekt. De premier, in Balise kleding, met zijn echtgenote.

Memuat

17 Agustus 1949

Gerakan Nasional Indonesia (GNI) di Denpasar

Menjelang diadakannya Konferensi Meja Bundar di Den Haag akhir Agustus 1949, pemerintah Republik Indonesia dan Bijeenkomst voor Federale Overleg (BFO) / negara - negara federal bentukan Belanda mengadakan Konferensi Inter - Indonesia I (Yogyakarta, 19 - 22 Juli 1949) dan II (Bandung, 31 Juli - 2 Agustus 1949). Hasilnya relatif menguntungkan Republik, diantaranya: pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan dukungan BFO atas tuntutan Republik Indonesia tentang penyerahan kedaulatan tanpa syarat.

Dua pemimpin nasonialis pendukung Republik yang juga anggota parlemen NIT, Ida Bagus Putra Manuaba dan Made Mendra kemudian memanfaatkan momentum perayaan 17 Agustus 1949 untuk bergerak dan membentuk GNI di Denpasar. Organisasi ini menuntut pemerintahan NIT agar melepaskan semua tahanan politik yang tidak terlibat tindakan kriminal.

Bulan - bulan selanjutnya banyak bermunculan organisasi yang berorientasi Republik. Mulai kelompok pemuda, organisasi siswa, guru hingga perempuan dari koperasi, serikat pekerja dan perusahaan dagang. Selain itu gerakan ini didukung oleh kelompok - kelompok kerja yang mengumpulkan dana untuk Republik. Salah satu yang paling penting adalah kelompok baru yang berhaluan kiri namun lebih militan dibandingkan GNI yaitu Gerakan Pemuda Indonesia (Gerpindo) yang berdiri pada 5 September 1949 dengan tokoh utama Sutedja, Gde Puger dan Ida Bagus Mahadewa. (Robinson, 1995:167)

Lihat: Robinson, The Dark..., op. cit., hal. 167
Lihat juga: Ibid.
Tentang peristiwa Agustus 1949 di Kalianget, Buleleng. Festival Jayaprana sebagai simbol kekuatan gerakan nasionalis dan anti feodal
Lihat juga: De locomotief, De staat van oorlog op Bali, (10-01-1949)
Enige tijd geleden stelde het Balische parlementslid van de N.I.T., Nanoeaba, in het parlement de regering vragen over de staat, van oorlog op Bali, en pleitte voor de opheffing van deze staat, "nu de pemoeda's zich hebben overgegeven en de situatie geheel is veranderd"
Lihat juga: KITLV 50916, 50917 dan 50918

Memuat

September 1949

Pembebasan Tahanan Politik

Sebanyak 36 tahanan politik yang tidak terlibat tindakan pidana dibebaskan setelah dikunjungi Raje Buleleng dan berjanji untuk bekerja sama.

Lihat: Het nieuwsblad voor Sumatra, Politieke gevangenen op Bali vrijgelaten (17-09-1949)
Te Denpasar zijn 39 oud-leden van de "Dewan Perdjuangan Republik Indonesia", die niet betrokken zijn geweest bij de een of andere strafzaak, wederom op vrije voeten gesteld. Voor hun invrijheidstelling zijn deze lieden toegesproken door de Radja van Buleleng, welke toespraak werd beantwoord met de belofte constructief te zullen medewerken aan de wederopbouw. Vervolgens zijn de gevangenen een voor een in vrijheid gesteld, waarbij zij de Radja eerbiedig de hand drukten. Familieleden en vrienden wachtten hen buiten de gevangenis op, waarna zij met vier trucks naar hun plaats van inwoning werden vervoerd
Lihat juga: Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, Politieke Gevangenen Vrijgelaten (12-09-1949)

Memuat

7 Oktober 1949

Ngusaba Dangsil di Trunyan

Ngusaba Dangsil atau Ngusaba Kapat Wadon di Trunyan dilaksanakan setahun setelah Ngusaba Kapat Lanang atau Ngusaba Gede yang biasanya diisi dengan pementasan Barong Brutuk.

Pelaksanaanya pada purnama kapat atau sekitar bulan Oktober

Lihat: Ngusaba Dangsil di Trunyan tahun 2019

Memuat

6 November 1949

Ngusaba Dewa / Bhatara Turun Kabeh di Pura Kehen

Upacara besar di pura Kehen, Bangli yang berlangsung setiap tiga tahun sekali pada purnama kelima.

Memuat

25 Desember 1949

Sri Sultan Hamengku Buwono Tiba di Bali

Pasca berakhirnya Konferensi Meja Bundar di Den Haag (23 Agustus - 2 November 1949), arus dukungan ke Republik makin menguat. Tokoh - tokoh dari Republik yang menjabat di pemerintahan RIS melakukan kunjungan ke daerah salah satunya Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang tiba di Bali dengan ditemani Ide Anak Agung Gde Agung. Saat itu masing - masing sebagai Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri RIS.

Kunjungan Sri Sultan ke Bali adalah untuk menegosiasikan pasukan Prayoda (pembantu KNIL) di Bali agar bergabung ke dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) sebagai salah satu hasil kesepakatan konferensi.

Lihat: Sri Rumiati Atmakusumah, Takhta Untuk Rakyat: Celah... (cetakan keempat 2011), hal. 201 Gambar 64.
Tiba di Denpasar, Bali 25 Desember 1949.
Lihat juga: ANRI kode referensi IPPHOS1949.12.23.1949.12.23.1949.12.23-1452
Sri Sultan memberikan sambutan di depan beberapa pejabat pemerintah di Bali didampingi Anak Agung Gde Agung] tertanggal 23 Desember 1949
Lihat juga: Nieuwe courant, Prajoda-bataljons, 21 Januari 1950, hal. 3
"...Ik wil hier nogmaals de nadruk leggen op de onjuistheid als zouden de Prajoda-bataljons op Bali worden gestationeerd. Het gebied van het leger van de RIS omvat heel Indonesië en elk lid van het RIS-leger dient in staat te zijn ieder duimbreeds grond waar ook in Indonesië te verdedigen. Dit betekent dus, dat de Prajoda-bataljons, indien zij werkelijk zich voor het leger va« de RIS verklaren, onderverdeeld en overal geplaatst zullen worden", altjus de minister.

Memuat

2 Januari 1950

Tiga Kompi Pasukan KNIL bergabung APRIS

Sebanyak tiga kompi pasukan KNIL di Bali yang sebagian besar merupakan korps prayoda bergabung dengan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) sebagai tindak lanjut kesepakatan Konferensi Meja Bundar.

Acara diisi sambutan komandan pasukan teritorial, Letnan Kolonel G.J. Wulfhorst dan perwakilan Menteri Pertahanan RIS, Letnan Kolonel Askari. Turut hadir pula pimpinan KNIL antara lain: Mayjen D.R.A. van Langen, Kolonel Soegondo dan J.H. de Vries, seluruh Dewan Raja-raja Bali, Kapten Supit sebagai perwakilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Mayor Nanlohy sebagai wakil pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT).Letnan Satu Harry Sitanala diangkat sebagai komandan pasukan baru dengan pangkat Kapten.

Lihat: De locomotief, KNIL-troepen naar de RIS: Drie compagnieën Prajodi's treden toe tot het leger van de RIS Piechtigheid te Oenpasar Denpasar, 4 Januari 1950, hal. 1
Lihat juga: Leeuwarder courant, Op Bali zijn drie compagnieën van de K.N.I.L. met volle uitrusting overgegaan naar de T.N.I. De overgang geschiedde onder luitenant-kolonel Wulfhorst. Luitenant-kolonel Askari van de T.N.I. en luitenant-kolonel Wulfhorst bezegelen de plechtigheid met een handdruk, 9 Januari 1950, hal. 1
Lihat juga: R. Z. Leirissa, Ir. Martinus Putuhena: karya dan pengabdiannya, Januari 1985, hal. 67

Memuat

April 1950

Kembali ke Belanda

Pasca pengakuan kedaulatan Belanda atas RIS pada tanggal 29 Desember 1949 gerakan dukungan dan untuk bersatunya negara - negara federal ke Republik makin menguat. Posisi pejabat Belanda pun makin terdesak, sehingga setelah melalui berbagai pertimbangan Dronkers dan keluarganya dengan berat hati kembali ke Belanda pada bulan April 1950. Mayor Harry Sitanala, komandan pasukan APRIS Bali menyebutkan bahwa setidaknya terjadi 80 pembunuhan, 24 pembakaran serta 33 percobaan pembuhuan dalam waktu 2 bulan karena perseteruan lama yang tidak segera ditangani akibat kekosongan penjaga keamanan karena ketiadaan korps prayoda yang bertugas di luar Bali pasca bergabung sebagai APRIS dan telatnya pasukan pengganti tiba.

RIS sendiri pada akhirnya bubar pada 17 Agustus 1950 setelahnya satu persatu negara federal bergabung dengan Republik dan kembali sebagai negara kesatuan Republik Indonesia

Lihat: Bredasche courant, 80 moorden op Bali, 25 Oktober 1950, hal. 3
Lihat juga: The Straits Times, Its quite safe in Bali, 23 January 1951, hal. 6

 
Leiden, Belanda
September 1941

Leiden, Belanda

Camp Columbia, Wacol, Brisbane

Batavia

Pabean, Sanur

Menjadi aspirant-controleur di Buleleng

Pembukaan lapangan terbang baru di Singaraja

Menjadi aspirant-controleur di Jembrana

Laporan Kekerasan Tentara KNIL

Perayaan Ulang Tahun Pangeran Bernhard

Pemakaman Lt. Col. F.H. Ter Meulen

Pesta Peringatan Hari Ratu Belanda di Negara

Konferensi Denpasar

Menjadi controleur di Tabanan

Kunjungan Pendeta Gramberg ke Untal-untal

Gereja di Abianbase

Perluasan Permukiman di Blimbingsari

Peresmian Jalan Baru di Desa Blatungan, Tabanan

Mobil Dewan Raja - Raja Bali

Menjadi bestuuradviseur di Tabanan

Pameran Kesenian Bali di Denpasar

Pergoeroean Keristen Maranatha Belimbingsari

Pembangunan Tirtagangga

Upacara Pemijilan di Selat

Kunjungan Presiden NIT ke Bali

Penghargaan Salib Perunggu

Menjadi Kepala Departemen Urusan Politik Dewan Raja - Raja

GIEB dibentuk di Denpasar

Pernikahan Anak Agung Gde Oka dengan Tjokorda Istri Sri Mas

Peresmian Tirtagangga

Kongres Paruman Para Pandita di Denpasar

Menjadi Kepala Departemen Urusan Ekonomi Dewan Raja - Raja

Upacara Ngesanga di Selat

Pemindahan kekuasaan ke Dewan Raja - Raja

Pentas calonarang di desa Pagutan

Palebon di Puri Gianyar

Kunjungan Anak Agung Gde Agung ke Puri Ubud

Gerakan Nasional Indonesia (GNI) di Denpasar

Pembebasan Tahanan Politik

Ngusaba Dangsil di Trunyan

Ngusaba Dewa / Bhatara Turun Kabeh di Pura Kehen

Sri Sultan Hamengku Buwono Tiba di Bali

Tiga Kompi Pasukan KNIL bergabung APRIS

Kembali ke Belanda

1915
1916
1917
1918
1919
1920
1921
1922
1923
1924
1925
1926
1927
1928
1929
1930
1931
1932
1933
1934
1935
1936
1937
1938
1939
1940
1941
1942
1943
1944
1945
1946
1947
1948
1949
1950
1951
1952
1953
1954
1955
1956
1957
1958
1959
1960
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Des.
Maret
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei
Juni
July
Agus.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Feb.
Maret
April
Mei